#TidakMudik #TidakPiknik SIASATI RINDU DITENGAH PENDEMIK COVID-19
Di penghujung tahun 2019 dunia
dikejutkan dengan sebuah virus yang diduga muncul dari sebuah pasar hewan liar
di kota Wuhan, Tiongkok. Virus yang penyebarannya sangat cepat dan massif,
dalam beberapa hari penderita yang terjangkit sudah berjumlah ratusan dan
beberapa bulan kemudian mencapai ribuan dengan angka kematian yang juga tak
kalah fantastis. Para ilmuan kemudian berhasil mengidentifikasi virus tersebut
sebagai virus Covid-19.
Penyebaran virus Covid-19 begitu
cepat yang tidak hanya di kota Wuhan ataupun Tiongkok sendiri melainkan sudah
mulai menyebar ke beberapa Negara tetangga seperti Jepang dan Korea Selatan.
Bahkan virus ini berhasil mencapai belahan bumi lain ke negara Italia di benua
Eropa yang letaknya beribu-ribu kilometer dari kota Wuhan. Indonesia pun tak
luput dari virus ini, bulan Februari 2020 tercatat kasus pertama yang
diidentifikasi di kota Jakarta, Indonesia.
Para ahli pun terus meneliti
mengenai virus ini termasuk dengan mencari tahu bagaimana dan mengapa virus ini
menyebar begitu cepat. Kemudian setelah melewati beberapa penelitian akhirnya
para peneliti di seluruh dunia sepakat jika virus Covid-19 ini menular melalui droplet dari batuk dan bersin penderita yang kemudian
menyebar dengan perantara mobilisasi manusia.
Droplet berupa cairan kecil dari penderita yang tertinggal di
permukaan bidang benda-benda sekitar kemudian menempel di tangan, bagian tubuh
dan segala bagian pakaian orang lain
kemudian terbawa seiring perpindahan dan mobilisasi orang tersebut. Kemudian
mobilisasi orang tersebut mengarah ke kerumunan seperti kendaraan umum, kantor,
halte bus, stasiun dan tempat-tempat yang memungkinkan seseorang tanpa sengaja
bersentuhan atau menyentuh bagian yang telah disentuh orang tersebut. Sekarang
kalikan sekian ratus orang yang melakukan hal yang sama, tak heran jika virus
Covid-19 ini menyebar begitu cepat.
![]() |
peta penyebaran & jumlah terkonfirmasi Covid-19 di dunia per 13 Maret 2020 (sumber : CSSE) |
Menyadari hal tersebut pemerintah
akhirnya mengambil kebijakan untuk sementara menghentikan pergerakan manusia
melalui program #dirumahaja dan #workfromhome. Tujuan diterapkan program
tersebut adalah untuk menekan angka penyebaran penularan virus Covid-19 yang
kian hari semakin meningkat. Kebijakan #dirumahaja dan #workfromhome ini secara
tegas dilaksanakan oleh beberapa negara yang terjangkit virus Covid-19.
Tiongkok, Italia, Malaysia dan beberapa negara lain menerapkan tindakan tegas lockdown untuk mencegah pergerakan orang
masuk maupun keluar negara tersebut.
Pemerintah Indonesia menerapkan
kebijakan karantina wilayah dan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSSB). Memang
kebijakan setiap negara berbeda-beda mengikuti keadaan dan kondisi masyarakat
disetiap negara tersebut. Tapi, tujuan dari setiap kebijakan ini sama yakni
menerapkan social distancing atau
membatasi jarak social untuk menekan penyebaran virus Covid-19.
Tantangan pemerintah Indonesia
saat ini semakin bertambah karena ternyata masih banyak masyarakat yang kurang
memahami bahaya dan cara penularan virus Covid-19 ini. Karena yang terjadi
adalah justru masyarakat yang kebanyakan berasal dari ibukota Jakarta
berbondong-bondong berlibur ke luar daerah ataupun mudik ke kampung halaman
ketika kebijakan #dirumahaja dan #workfromhome ini dikeluarkan. Masyarakat
masih berfikir bahwa kebijakan ini sama dengan pemberian hari libur. Seiring perjalanan
waktu dan sosialisasi yang gencar diberikan kepada masyarakat lambat laun
masyarakat mulai menyadari seberapa bahayanya virus Covid-19 ini. Sudah banyak
masyarakat yang menuruti himbauan social
distancing dan tetap #dirumahaja serta #workfromhome.
Namun, tantangan itu tidak
berhenti sampai disitu. Sebagai negara dengan mayoritas umat muslim terbesar di
dunia yang sebentara lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan serta hari raya
Idul Fitri dimana kebiasaan dan tradisi mudik menjadi satu keharusan. Mudik
ditengah situasi pendemik seperti saat ini merupakan masalah yang sangat serius
karena Jakarta merupakan zona merah untuk kasus virus Covid-19 , jadi
perpindahan dan mobilisasi orang dalam aktifitas mudik justru akan membawa
virus ini menyebar kesegala penjuru pelosok daerah hingga ke desa-desa
terpencil.
![]() |
pemudik berdesakan saat ingin menaiki bus (sumber : AyoSemarang.com) |
Pada perkembangan selanjutnya
orang yang sudah terpapar ataupun positif terdapat virus Covid-19 di dalam tubuhnya
bisa saja tidak memiliki gejala yang biasanya muncul pada penderita sebelumya
seperti batuk, demam, sesak nafas dan ganguan organ pari-paru dan lain
sebagainya. Memang virus Covid-19 direspon berbeda-beda oleh setiap tubuh
masing-masing individu. Respon yang muncul bisa saja gejala ringan, menengah,
berat atau bahkan sama sekali tidak menimbulkan gejala tergantung dari daya
tahan tubuh masing-masing individu tersebut.
Yang perlu diketahui dan garis
bawahi adalah virus ini sangat mengancam bagi orang yang berusia diatas lanjut
yang biasanya sudah memiliki penyakit penyerta seperti diabetes, jantung, asma
dan lain sebagainya. Menurut WHO orang-orang dengan usia diatas 80 tahun
tersebut lebih rentan terhadap virus Covid-19 dan banyak diantaranya tidak
mampu melewatinya dan tidak sedikit yang meninggal dunia.
Lantas siapakah yang tinggal di kampung
halaman ? bukankah kebanyakan yang tinggal di kampung dan desa-desa adalah
orang tua ataupun keluarga kita yang rata-rata berusia lanjut dan rentan
tersebut. Untuk mengantisipasi hal ini pemerintah melalui Kementrian
Perhubungan Republik Indonesia giat mengkampanyekan #TidakMudik #TidakPiknik
guna menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan aktifitas mudik
disaat masa pendemik saat ini maupun ketika hari raya Idul Fitri nanti agar
penyebaran virus Covid-19 ke pelosok daerah dan pedesaan dapat dicegah.
Menurut laporan South China Morning Post penyebaran
virus Covid-19 paling efektif dicegah dengan melakukan social distancing yang
diterapkan secara intensif dan dengan skala yang lebih luas. Dengan demikian
dapat memotong 75% penyebaran virus Covid-19 bila dilakukan sejak awal dan
berkelanjutan . dengan kata lain kita dapat menyelamatkan 38,7 juta jiwa dengan
social distancing ini.
Mengapa pemerintah giat
mengkapanyekan #TidakMudik dan #Tidak Piknik ini, karena tradisi mudik yang
syarat akan tradisi kumpul keluarga, silaturahmi ke sanak saudara dan berujung
pada aktifitas liburan pasti menciptakan suatu kerumunan massa yang semakin
mempercepat penyebaran virus Covid-19. Melalui
kampanye ini diharapkan masyarakat sadar
untuk menunda tradisi mudik sampai kondisi kembali aman dan kondusif.
“Lalu bagaimana cara mengganti waktu berkumpul bersama keluarga saat
Idul Fitri nanti ?”
Ditengah era teknologi yang
semakin canggih komunikasi sudah semakin mudah dengan adanya sambungan telepon
atau pun panggilan video sehingga kita masih bisa bertatap muka walaupun hanya
melalui layar monitor telepon selular ataupun laptop. Untuk layanan panggilan
video sudah banyak layanan yang menawarkan panggilan video untuk individual
maupun group yang memungkinkan kita berkomunikasi secara bersamaan dalam satu
waktu. Memang silaturahmi seperti ini sedikit berbeda dari kebiasaan dan
tradisi yang selama ini kita jalani akan tetapi inilah cara aman untuk saat ini.
Virus Covid-19 ini memang sudah
menjadi sebuah pendemik yang berhasil melumpuhkan seluruh aspek kehidupan di
140 negara di dunia. Hanya dengan displin dan intensif melaksanakan social distancing penyebarannya dapat
dicegah dan dengan demikian penderita pun dapat berkurang sehingga lambat laun
akan hilang. Tak lupa kita juga terus meningkatkan daya tahan tubuh dengan olar
raga, pola hidup sehat dan memperhatikan asupan bagi tubuh kita karena untuk
melawan virus Covid-19 ini dibutuhkan
tubuh yang sehat dan daya tahan tubuh yang baik.
Stay Safe semua… #TidakMudik #TidakPinik dan tetap #dirumahaja ya…
#TransmatePenghubungIndonesia
0 Response to "#TidakMudik #TidakPiknik SIASATI RINDU DITENGAH PENDEMIK COVID-19"
Post a Comment